Industri Sawit Tekan Angka Kemiskinan

Industri kelapa sawit turut berperan penting untuk menekan angka kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan petani sawit. Selain itu, kelapa sawit juga berkontribusi memenuhi kebutuhan pangan di dalam negeri maupun dunia.

Berdasarkan riset Palm Oil Agribusiness Strategic Policy Institute (PASPI), perkebunan kelapa sawit mampu membangun daerah miskin dan terbelakang untuk menjadi sentra perekonomian baru. Di antaranya tersebar di Aceh, Sumatera Utara, Riau, Sumatera Selatan dan Papua Barat.

“Kelapa sawit membantu dunia dalam Sustainable Development Goals (SDG) di bidang mengatasi persoalan kemiskinan,” ujar Direktur Eksekutif Palm Oil Agribusiness Strategic Policy Institute (PASPI), dalam video daring, kemarin (31/3).

Dia menjelaskan, terdapat tiga jalur industri minyak sawit menolong kemiskinan dunia. Pertama, jalur produksi melalui sentra perkebunan sawit. Kedua, jalur hilirisasi di negara importir minyak sawit, dan ketiga adalah jalur konsumsi minyak sawit.

Dia menambahkan, nilai transaksi masyarakat kebun sawit dengan masyarakat perkotaan sebesar Rp202,1 triliun per tahun dan masyarakat kebun saiwt dengan ekonomi pedesaan sebesar Rp59,8 triliun per tahun.

“Jadi, di mana ada perkebunan sawit di situ kemiskinan turun karena ada tenaga kerja yang masuk ke sana. Tumbuh pusat pusat pertumbuhan ekonomi baru,” tuturnya.

Sementara pengamat Kehutanan, Bedjo Santoso mengatakan, industri kelapa sawit mampu menyerap 16,2 juta orang tenaga kerja. Dia merinci, 4,2 juta tenaga kerja langsung dan 12 juta tenaga kerja tidak langsung. Sedangkan devisa kelapa sawit tahun 2018 sebesar Rp240 trilliun.

“Saya tidak sepakat dengan kebijakan moratorium sawit (Inpres Nomor 8 Tahun 2018). Aturan ini tidak jelas arahnya dan menggerogoti sawit sebagai tulang punggung ekonomi nasional,” ujar Bedjo.

Adapun Kementerian Pertanian mencatat total luas lahan sawit 16,38 juta hektare (ha). Dari jumlah tersebut, luas perkebunan sawit rakyat 6,72 juta ha. Sementara itu, potensi peremajaan sawit rakyat 2,78 juta hadengan sebaran dominan di Sumatera dan Kalimantan. (Jambiekpres.co.id)